Cara Shalat Menurut Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah

DAFTAR ISI

  1. Kata Pengantar
  2. Pendahuluan
  3. Cara Shalat Wajib
  4. Cara Sedekap
  5. Doa Iftitaf
  6. Membaca Al-Fatihah
  7. Membaca Salah Satu Surat Dari Al-Qur'an
  8. Ruku'
  9. I'tidal
  10. Sujud
  11. Do'a/Bacaan Sujud
  12. Duduk Antara Dua Sujud
  13. Sujud Kedua
  14. Bacaan Tasyahud
  15. Bacaan Shalawat
  16. Do'a Setelah Shalawat
  17. Rakaat Ketiga dan Keempat
  18. Tidak Ada Perbedaan Cara Shalat Laki-laki dan Perempuan
  19. Daftar Keputakaan

PENDAHULUAN

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَوٰةَ فَاذْكُرُوا اللَّـهَ قِيٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَوٰةَ ۚ إِنَّ الصَّلَوٰةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتٰبًا مَّوْقُوتًا

     "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (an-Nisa': 103)

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّـهَ فَاتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ اللَّـهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّـهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali 'imron ; 31)

طَلْحَةُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ يَقُوْلُ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَهْلِ نَجُدِ ثَائِرَ الرَّأْسِ يُسْمَعُ دَوِيٌّ صَوْتِهِ وَلَا يُفْقَهُ مَايَقُوْلُ حَتَّى دَنَا فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنِ الإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لَا إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ 

Ada seorang laki-laki penduduk Nejd yang kusut rambut kepalanya, datang kepada Rasulullah saw. yang kami dengar dengungan suaranya, tetapi tidak memahami apa yang dikatakannya sehingga setelah dekat, rupanya ia menanyakan tentang Islam; maka sabda Rasulullah saw, " Shalat lima waktu dlam sehari semalam". Kata orang tadi, "Adakah lagi kewajibanku selain itu?". Jawab nabi saw, "Tidak, kecuali bila kamu hendak bertathawwu'".

Hadists ini merupakan hadits panjang, dan kelanjutannya adalah sebagai berikut:

قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَصِيَامُ رَمَضَانَ قَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُ قَالَ لَا إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ وَذَكَرَ لَهُ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الزَّكَاةَ فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لَا إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ قَالَ فَأَدْبَرَا الرَّجُلُ وَهُوَ يَقُوْلُ وَاللَّهِ لَا أَزِيْدُ عَلَى هٰذَا وَلَا أَنْقُصُ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْلَحَ إِنْ صَدَقَ 

Rasulullah saw bersabda, "Puasa pada bulan Ramadhan". Ia bertanya, " Apakah masih adakah kewajibanku selain itu?". Jawab nabi saw, "Tidak, kecuali bila kamu hendak bertathawwu'". Rasulullah kemudian menyebutkan zakat. ia bertanya, "Apakah masih adakah kewajibanku selain itu?". Jawab Nabi saw, "Tidak, kecuali bila kamu ingin mengerjakan yang sunnah". Thalhah berkata, "Orang itu lalu pergi sambil berkata, "Demi Allah, saya tidak akan melibihi dan tidak akan mengurangi." Rasulullah saw bersabda, "Dia beruntung jika benar".

Hadits ini diriwayatkan oleh jama'ah ahli hadits, seperti Imam al-Bukhori (Shahih al-Bukhori, al-Iman no.44;ash-shaum, no. 1758;asy-Syahadat, no. 2481; al-Hiyal no. 6442), Imam Muslim (Shahih Muslim, al-Iman, no. 12), an-Nasaiy (Sunan an-Nasaiy, ash-Shalat, no. 454; ash-Shiyam no. 2063; al-Iman wa Syara'i'uhu, no. 4942), Abu Dawud (Sunan Abi Dawud, ash-Shalat, no. 331), Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, no. 1318); Imam Malik (al-Muwaththa', an-Nida' lis-shalat, no. 382), dan ad-Darimiy (Sunan ad-Darimiy, ash- Shalat, no. 1532).

Hadits ini disahihkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dan didukung oleh banyak ahli hadits, sehingga karenanya dapat dipergunakan sebagai hujjah.

Hadits dari Malik bin Huwairis ra:

قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِى أُصَلِّيْ 

 Rasulullah saw bersabda, "Shalatlah kamu sebagaimana kamu elihat aku melakukan shalat".

Sumber hadits dan kualitasnya:

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab Shahihnya (al-Adzan, no. 595), ad-Darimiy dalam kitab Sunan (ad-Darimiy (ash-Shalat, 1225); Ibn Hibban (Shahih Ibn Hibban, IV: 541;V:503); al-Baihaqi(Sunan al-Baihaki al-Kubra,II:345), ad-Daruquthniy (Sunan ad-Daruquthniy, I:273); asy-Syafi'I(Musnad asy-Syafi'I, I:55).

Hadits ini berkualtas sahih menurut penilaian al-Bukhari dan Ibn Hibban.

CARA SHALAT WAJIB



Berdiri tegak, menghadap kiblat dn berniat ikhlas karena Allah. 1. Bila kamu hendak menjalankan shalat, maka bacalah: Allahu akbar" 2. dengan ikhlas niyatmu karena Allah 3. seraya mengangkat kedua belah tanganmu sejurus bahumu, mensejajarkan ibu jarimu pada daun telingamu

Gambar 2 Ketika Takbirotul Ihrom mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu dan ibu jari hampir menyentuh telingan


Dalil: 1.a.Menurut hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi:

عَنْ عَلِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِفْتاَحُ الصَّلَاةِ الْوُضُوْءُ وَتَحْرِيْمُهَ التَّكْبِيْرُ وَتَحْلِيْلُهَا التَّسْلِيْمُ 

 "Kunci (pembuka) shalat itu wudhu, permulaannya takbir dan penghabisannya salam".

Takhrij hadits dan kualitasnya:

Hadits dengan lafal sam persis dengan hadits di atas diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal dari Ali bin Abi Thalib (hadis no. 1019). Sedangkan yang banyak diriwayatkan adalah dengan memakai lafal "Miftah al-shalat al-tasli-m" diriwayatkan dari Ali Bin Abi Thalib oleh Imam al-Tarmidzi (Sunan al-Tirmidzi, no.3), Abu Dawud (Sunan Abu Dawu, no:56, 523) Ibn Majah (Sunan Ibn Majah, no. 371), dan ad-Darimiy (Sunan ad-Darimiy, no. 684); dan diriiwayatkan oleh Abu Sa'id al-Khudriy oleh at-Tirmidzi (Sunan at-Tirmidzi, no. 221), dan Ibn Majah (Sunan ibn Majah, no. 272). Disamping itu, hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Baihaki (Sunan al-Sughra, I:237,I: 290; Sunan al-Kubra II: 15, II: 360), dan Thabraniy (Mu'jam al-Ausath, VII:167).

Menurut al-Tirmidzi, ini adalah hadits yang paling hasan dalam masalah ini. Sedangkan al-Hakim menilai hadis ini yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib berkualitas sahih (Talkhis al-Habir, I:216). Abu 'Abdullah al-Muqaddasi menilai hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal sebagai hadits yang hasan. Ali bin Abi Bakar al- Haitsami juga menilai hadits ini yang diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jam al-Ausath dari Abdullah ibn Mas'ud sebagai berkualitas shahh. Disamping para ulama yang menilai hadits ini sebagai hadits yang shahih, sebagaian ulama juga ada yang menilainya sebagai hadits yang dha'if (Lebih lanjut baca Majma' al-Zawaid. II:104; al-Ahadis al-Mukhtarah, II:341; Talkhis al-Habir, I: 216; al-Tahqiq fi Ahadis al-Khilaf, I: 328; Nail al-Authar, II: 184).

Untuk menilai apakah hadits ini bisa digunakan sebagai hujjah, pendapat asy-Syaukani dalam kitab Nail al-Authar (II:184) bisa kita pergunakan. Beliau berpendapat setelah mengemukakan jalur sanad hadits ini saling kuat menguatkan sehingga karenanya hadits ini bisa dipakai hujjah. Dan hal ini sesuai dengan manhaj hadits dha'if apabila terdapat banyak jalannya dan terdapat padanya qarinah yang menunjukkan ketetapan asalnya dapat dipergunakan sebagai hujjah (HPT,301).

1.b. Dan hadits shahih dari Ibnu Majah yang dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dari hadits Abu Humaid Sa'idi:

أَبُوْ حُمَيْدٍ السَّاعِدِيُّ يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ اسْتَقْبَلَ القِبْلَةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ 

 "Rasulullah jika shalat ia menghadap ke qiblat dan mengangkat kedua belah tangannya dengan membaca 'Alla-hu Akbar".

Takhrij hadits dan kualitasnya:

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibn Majah (Sunan Ibn Majah, Iqamat al-Shalat, no. 795). Para periwayat yang terlibat periwayatan hadits ini adalah: 'Ali ibn Muhammad ibn 'Amr ibn 'Atha', dan Abu Humaid as-Sa'idiy. Mereka adalah orang-orang yang siqah dengan sanad bersambung sampai kepada nabi Muhammad saw. Hadits riwayat Ibn Majah ini berkualitas sahih lidzatihi.

Disamping itu Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam kitab Shahihnya (V: 179, 187), al-Baihaqi (Sunan al-Kubra, II: 137). Disamping Ibn Hibban, Ibn Khuzaimah juga menganggap hadits ini berkualitas shahih (Talkhis al-Habir, I:217).

1.c. Dan menurut hadits riwayat Bukhari dan Muslim:

إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَكَبِّرْ 

 "Bila kamu menjalankan shalat, takbirlah...".

Takhrij hadits dan nilai kesahihan.

Hadits in diriwayatkan dari Abu Hurairah dan merupakan potongan Hadits panjang yang berbicara tentang cara melaksanakan shalat wajib. Diriwayatkan antara lain oleh: al-Bukhariy dalam kitab sahihnya (Adzan, no. 715 & 751; al-Isti'dzan, no. 5782; al-Aiman wa al-Nudzur, no. 6174), Imam Muslim dalam kitab Sahihnya (ash-Shalat, 279), an- Nasaiy dalam kitab Sunannya (al-Iftitah no. 874, as-Sahwi no. 1296), Abu Dawud dalam kitab Sunannya (ash-Shalat, no. 740); Ibn Majah dalam kitab Sunannya (Iqamat ash-Shalat, 1050), dan Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, no. 9260).

Hadits ini dinilai sahih oleh al-Bukhari dan Muslim. Menurut jumhur ulama, hadits yang disepakati kesahihannya oleh al-Bukhari dan Muslim adalah hadits yang memiliki derajat kesahihan yang tinggi. Hadits ini dapat dipakai sebagai hujjah.

2.a. Menilik firman Allah dalam surat al-Bayyinah ayat 5:

وَمَآ أُمِرُوْٓا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُحْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ 

 "Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya menyembah kepada Allah dengan ikhlas kepada-Nya dalam menjalankan agama".

2.b. Dan menurut hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ 

 "Sesungguhnya (sahnya) amal itu tergantung kepada niyat".

Takhrij hadits dan kualitasnya:

Hadits ini merupakan potongan hadits yang lebih panjang yang berbunyi:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ 

Sesungguhnya (sahnya) amal perbuatan itu tergantung kepada niyat. Bagi setiap orang akan mendapatkan berdasarkan niyatnya. Barang siapa yang berhijrah karena alasan dunia yang melingkupinya, atau karena wanita wanita yang ingin dinikahinya, maka (yang ia dapatkan dari) hijrahnya tersebut adalah berdasar pada niyatnya.

Hadits ini iriwayatkan oleh Umar bin Khattab Jama'ah ahli hadis, antara lain: al-Bukhari dalam kitab Shahih al-Bukhari di tujuh tempat (Bad'u al-Wahy, 1; al-Iman, 52; al-'Itq, 2344; al-Manaqib, 3609; al-Aiman wa al-Nudzur, 6195; al-Hiyal, 6439; an-Nikah, 6482), Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim di 2 tempat (ath-Thaharah, 74; Thalaq, 3383; al-Aiman wa an-Nudzur, 3734), Abu Dawud dalam kitab Sunannya (Zuhd, 4217), dan Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, 163 dan 283).

Hadits ini berkualitas shahih lidzatihi dan dapat dipergunakan sebagai hujjah.

3.a. Menurut hadits Ibn 'Umar yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

أَنَّ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعَ يَدَيْهِ حَدْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوْعِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ رَفَعَهُمَا كَذٰلِكَ أَيْضًا وَقَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَكَانَ لَايَفْعَلُ ذٰلِكَ فِي السَّجُوْدِ 

"bahwa Nabi saw. mengangkat kedua tangannya selurus bahunya bila ia memulai shalat, bila takbir hendak ruku' dan bila mengangkat kepalanya dari ruku' ia mengangkat kedua tangannya juga dengan mengucapkan: "Sami'alla-hu liman hamidah rabbana- wa lakalhamd", dan tidak menjalankan dekmikian itu dalam sujud".

Takhrij hadis dan nilai kesahihan:

Dalam kutub al-tis'ah (sembilan kitab pokok rujukan hadits) saja, hadits ini diriwayatkan melalui 28 jalur sanad. Setiap kitab dari kutub al-tis'ah tersebut, semuanya meriwayatkan hadits ini didalamnya, yaitu: Shahih al-Bukhariy (al-Adzan, no. 693, 694, 696, 697), Shahih Muslim (al-Shalat, no. 586, 587), Sunan al-Tirmidzi (al-Shalat, no. 237), Sunan al-Nasaiy (al-Iftitah, no. 867, 868, 1015, al-Tahtbiq no 1049, 1076, 1132), Sunan Abu Dawud (al-Shalat, no. 619, 620), Sunan Ibn Majah (Iqamat al-Shalat wa al-Sunnah fiha, no. 848), Musnad Ahmad ibn Hanbal, no. 4312, 4445, 4837, 5027, 5502, 5579, 5888, 5899, 6046), al-Muwaththa' Malik (bab al-Nida' ila al-Shalat, no. 149), Sunan al-Darimiy (al-Shalat no. 1275).

Lafal tersebut di atas adalah lafal yang diriwayatkan oleh al-Bukhari (693).

Imam al-Bukhari dan Muslim menilai hadis ini adalah hadis yang berkualitas sahih. Penelitian kami juga menunjukkan bahwa hadis ini berkualitas sahih. Sehingga karenanya hadis ini dapat digunakan sebagai hujjah.

3.b. Tersebut dalam Shahih Muslim dari Malik bin Huwairits:

عَنْ مَالِكِ بْنِ الحُوَيْرِثِ أَنَّ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ وَإِذَا رَكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ فَقَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ فَعَلَ مِثْلَ ذٰلِكَ 

 " Bahwa Rasulullah saw apabila takbir ia mengangkat kedua tangannya sampai sejajar pada telinganya, begitu juga bila hendak ruku'; dan bila mengangkat kepalanya dari rukuk' lalu mengucapkan: "sami'alla-hu liman hamidah", ia mengerjakan demikian juga".

Takhrij hadis dan nilai kesahihan:

Hadits Nabi dari Malik bin Huwairis ini diriwayatkan dengan jalur sebanyak 13 jalur sanad dalam kutub al-tis'ah. Periwayat hadist ini antara lain adalah: Shahih Muslim (al-Shalat, no. 589, 588), Shahih al-Bukhariy (al-Adzan, no. 695), Sunan an-Nasaiy (al-Iftitah, 870, 871, 1014; al-Tathbiq, no. 1046, 1075), Sunan Abi Dawud (al-Shalat, no. 636), Sunan Ibn Majah (Iqamat al-Shalat wa al-Sunnatfiha, no. 849), Musnad Ahmad ibn hanbal (no. 15046, 19626), dan Sunan al-Darimiy (al-Shalat, no. 1223).

Lafal hadits tersebut di atas adalah lafal sebagaimana yang terdapat dalam Shahih Muslim (no. 589).

Selain 13 jalur sanad yang terdapat dalam kutub al-tis'ah tersebut, masih ada lagi periwayat yang meriwayatkan hadits ini. Mereka antara lain adalah: Ibn Hibban (Shahih ibn Hibban, 5: 176), al-Baihaqi (Sunan al-Baihaqi al-Kubra, 2: 24, 25), al-Daruquthni (Sunan al-Daruquthni, 1: 300), al-Thabraniy (al-Mu'jam al-Kabir, 19:285,22:29).

Hadits ini dinilai shahih oleh al-Bukhariy, Muslim dan Ibn Hibban. Telaah kami terhadap jalur Muslim yang memiliki lafal matan sama persis dengan yang ada di HPT menunjukkan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh para rawi yang kredibel dan dapat dipercaya (siqqah), dan sanadnya juga bersambung. Hadits ini bernilai shahih dan dapat digunakan sebagai hujjah.

3.c. Dan dalam hadits riwayat Abu Dawud dari Wail:

حَتَّى كَانَتَا بِحِيَالِ مَنْكِبَيْهِ وحَاذَى بِإِبْهَامَيْهِ أُذُنَيْهِ 

"Sehingga kedua tangannya itu selempang dengan bahunya, serta ibu jarinya sejajar dengan telinganya."

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunannya (al-Shalat, no. 622) dengan lafal lengkapnya adalah sebagai berikut:

عَنْ عَبْدِ الْجَبَّارِ بْنِ وَائِلٍ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّهُ أَبْصَرَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِيْنَ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى كَانَتَا بِحِيَالِ مَنْكِبَيْهِ وحَاذَى بِإِبْهَامَيْهِ أُذُنَيْهِ ثُمَّ كَبَّرَ 

Dari Abdul JAbbar bin Wail dari ayahnya (Wail) bahwasanya ia menyaksikan nabi Saw ketika mendirikan shalat menaikkan kedua tangannya, sehingga kedua tangannya itu selempang dengan bahunya, serta ibu jarinya sejajar dengan telinganya.

Para periwayat hadis dalam silsilah sanadnya adalah:

a. Rawi 1: Wail ibn Hajar ibn Sa'ad. Beliau adalah sahabat yang disepakati kesiqahannya. b. Rawi 2: Abdul Jabbar ibn Wail. W. 112H. Para ulama menilainya sebagai rawi yang siqqah (kredibel). Diantara mereka yang menilainya sebagai siqqah adalah Yahya Ibn Ma'in, Muhammad ibn Sa'ad, dan Ibn Hibban. Tidak ada diantara para ulama yang meragukan kredibilitas Abdul Jabbar ini sebagai periwayat hadis. c. Rawi 3: al-Hasan ibn Ubaidillah al-Nakho'i W.139 H. Di antara para ulama yang menilainya sebagai rawi yang siqqah adalah Yahya ibn Sa'id al-Qaththan, Yahya ibn Ma'in, Abu Hatim al-Razi, Muhammad ibn Sa'ad, al-'Ajaliy, dan al-Sajiy. Dan tidak ada ulama yang mencelanya. d. Rawi 4: Abdurrahman ibn Sulaiman. W. 187 H. Waki' ibn al-Jarah berkata, "Tidak ada yang lebih sahih hadisnya(dari Abdurrahman)". Abu Al-Nasaiy berkata, laia bihi ba'sun". Sedangkan Yahya ibn Ma'in, al-'Ajaliy dan Abu Dawud menilai Abdurrahman sebagai rawi yang siqqah. Tidak ada ulama yang mencela kredibilitas Abdurrahman dalam meriwayatkan hadits. e. Rawi 5: Usman ibn Abi Syaibah. W. 239 H. Ahmad ibn Hanbal berkta, "Yang aku ketahui(dari Usman) hanyalah kebaikan". Abu Hatim al-Razi menilainya shaduq. Sedangkan Yahya ibn Ma'in, al-'Ajaliy, dan Ibn Hibban menilainya sebagai rawi yang siqqah. f. Rawi 6 / Mukharrij al-Hadis : Abu Dawud (Mausu'at al-hadis al-Syarif al-Kutub al-Ts'ah). Para periwayat hadits nabi dari Wail ini adalah orang-orang yang kredibel (siqah). Tidak ada di antara mereka yang dicela dan diragukan kredibilitasnya sebagai periwayat hadis. Sanad mereka juga bersambung. Dengan demikin hadis ini benilai shahih lidzatihi dan dapat dipergunakan sebagai hujjah.

CARA SEDEKAP



4. Lalu letakkanlah tangan kananmu pada punggung telapak tangan kirimu di atas dadamu.

Tangan kanan diletakkan di atas punggung telapak tangan kiri beserta pergelangan dan lengan di atas dada


Dalil-Dalil:

4.a. Hadis Nabi riwayat Ibn Khuzaimah dari Wail: Dari Wail yang berkata, "Saya Shalat bersama Rasulullah saw dan beliau meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya di atas dadanya".

Sumber hadiis dan nilai kualitasnya:

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dalam kitab Shahihnya (I:243). Dalam pandangan Ibn Khuzaimah, hadis ini merupakan hadis shahih.

4.b. Hadis nabi riwayat Abu Dawud dan Nasaiy dari Wail:

ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كُفِّهِ الْيُسْرَى وَالرَّسْغِ وَالسَّاعِدِ 

 "Lalu beliau meletakkan tangan kanannya pada punggung telapak tangan kirinya, serta pergelangan dan lengannya".

Sumber hadis dan nilai kualitasnya:
Hadis ini diriwayatkan oleh an-Nasaiy (Sunan, al-Iftitah, no .879), Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, no. 18115), al-Baihaqiy (Sunan al-Kubra, II: 28; Sunan al-Sughra, I:241), Ibn Hibban (Shahih Ibn Hibban, V: 170), dan Ibn Khuzaimah (Shahih Ibn Khuzaimah, I: 243).

Dalam penilaian Ibn Hibban dan Ibn Khuzaimah, hadis ini bernilai shahih dan dapat digunakan sebagai hujjah.

As-Sindi ketika mensyarah hadis ini menjelaskan cara meletakkan tangan kanan, yaitu pertengahan telapak tangan kanan diletakkan tepat di atas pergelangan tangan kiri, sehingga sebagian telapak tangan kanan berada di atas punggung telapak tangan kiri, dan sebagaian yang lain berada di atas lengan tangan kiri.

4.c. Hadis Nabi riwayat al-Bukhariy dari Sahl ibn Sa'ad:

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ كَانَ النَّسُ يُؤْمَرُوْنَ أَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ الْيَدَ الْيُمْنَى عَلَى ذِرَاعَةٍ 

 "bahwa orang-orang diperintahkan supaya meletakkan tangan kanannya pada lengannya".

Sumber hadis dan nilai kualitasnya:

Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab Shahh al-Bukhari (al-Adzan, no. 698), Imam Malik dalam kitab al-Muwaththa' (an-Nida' li al-Shalat, no. 340) dan al-Baihaqi dalam kitab SUnan al-Sughra (II:28).

Hanya saja dalam kitab-kitab tersebut masih ada tambahan "zira-'ihi al-yusra fi al-shalaat" (lengannya yang kiri di dalam shalat).

Hadis ini diriwayatkan oleh orang-orang yang siqqah, dan juga dinilai shahih oleh al-Bukhari. Hadits ini bisa dipakai sebagai hujjah.

Ketika mensyarah hadis ini, Ibn Hajar al-'Asqalani dalam kitab Fath al-Bari menjelaskan bahwa "meletakkan tangan kanannya pada lengan kirinya" adalah pernyataan yang belum terperinci (mubham). Penjelasan terperincinya ada pada hadis riwayat Wail sebagaimana tersebut pada 4.b. di atas, yaitu meletakkan tangan kanannya pada punggung telapak tangan kirinya, serta pergelangan dan lengannya.

Catatan:

Letak tangan ketika bersedekap menurut HPT sebagaimana tersebut di atas adalah di dada Dalam praktek di tengah masyarakat, selain meletakkan tangan di dada, ada juga yang meletakkan di bawah pusar, dan diantara dada dan pusar.

Meletakkan tangan di bawah pusar dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ahmad ibn Hanbal:

أَنْ عَلِيًّا رَضِىَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ مِنَ السُّنَّةِ وَضْعُ الْكَفِّ عَلَى الْكَفِّ فِي الصَّلَاةِ تَحْتَ السُّرَّةِ 

 Ali ibn Abi Thalib berkata, "Termasuk dari sunnah (adalah) meletakkan telapak tangan di atas telapak tangan ketika shalat di bawah pusar".

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunannya (al-Shalat, no. 645) dan Ahmad ibn Hanbal dalam Musnadnya (no. 833).

Kedua jalur sanad tersebut semuanya melewati Abdurrahman bin Ishak dan Ziyad ibn Zaid. Abdurrahman banyak dicela oleh ulama hadis, di antaranya Ahmad ibn Hanbal dan Abu Hatim al-Razi menyatakannya sebagai munkir al-hadis. Yahya ibn Ma'in dan Abu Zur'ah al-Razi mencelanya dengan mengataan 'laisa biqawiyy'. Sedangkan Abu Dawud mengkritiknya dengan mengatakan 'dha'if. Dan tidak ada informasi adanya ulama yang memuji kredibilitasnya sebagai periwayat hadis. (Mausu'ah al-Hadis al-Syarif)

Sedangkan Ziyad ibn Zaid adalah periwayat yang majhul. Dengan demikian hadis dari 'Ali tersebut adalah hadis yang dha'if dan tidak dapat dipergunakan sebagai dalil.

Hal ini berarti bahwa meletakkan tangan di bawah pusar bersumber dari hadis dho'if, dan tdak dapat seharusnya diamalkan.

عَنْ ابْنِ جَرِيْرٍ الضَّبِّيِّ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ رَأَيْتُ عَلِيًّا رَضِىَ اللّٰهُ عَنْهُ يُمْسِكُ شِمَالَهُ بِيَمِيْنِهِ عَلَى الرُّسِغِ فَوْقَ السُّرَّةِ 

 Dari Ibn JArir al-Dhabbiy, dari ayahnya, dia berkata, "Aku melihat Ali bin Abi Thalib ra memegang (tangan) kirinya dengan (tangan) kanannya pada pergelangan tangannya di atas pusar".

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunannya (Sunan Abi Dawud, al-Shalat, no. 646). Menurut adz-Dzahabi dalam kitab Mizan al-I'tidal, sebagaimana dikemukakan dalam kitab 'Aunul Ma'bud Syarh Sunan Abi Dawud, Jarir al-Dhabbi sanadnya tidak bersambung kepada Ali bin Abi Thalib. Ia tidak diketahui telah bertemu dan meriwayatkan hadis dari Ali bin Abi Thalib. (Muh. Syams al-Haqq al-'Adzim Abu al-Thayyib, 'Aun al-Ma'bud, II: 234).

Dengan demikian sanad hadis ini tidak bersambung dan tidak memenuhi kriteria sebagai hadis shahih. Hadis ini berkualitas dha'if dan tidak bisa digunakan sebagai dalil.

Hal ini berarti bahwa meletakkan tangan di atas pusar bersumber dari hadis dho'if dan tidak seharusnya diamalkan.

DOA IFTITAH



5. lalu bacalah do'a iftitah:

اَللّٰهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللّٰهُمَّ نَقِّنِيْ مِنَ الْخَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ اَللّٰهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ  

"Alla-humma ba-'id baini-wa baina khatha-ya-ya kama-ba-'adta bainal masyriqi wal magrib. Alla-humma naqqini- minal khata-ya kama- yunaqqats tsaubul abyadu minad danas. Alla-hummaghsil khatha-ya-ya bilma-I wats tsalji wal barad"

Artinya:

"Ya Allah, jauhkanlah antaraku dan antara segala kesalahanku, sebagaimana Kau telah jauhkan antara Timur dn Barat. Ya Allah, cucilah segala kesalahanku dengan air, salju dan air hujan beku".

6. atau membaca

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِيْ ذُنُوْبِيْ جَمِيْعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِيْ لِأَحْسَنِ الْأَحْلَاقِ لَا يَهْدِيْ لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِيْ يَدَيْكَ وَالسَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَلَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ  

wajjahtu wajhiya lilladzi- fatharas sama-wa-ti wal ardha hani-fan musliman wa ma-ana- minal musyriki-n. inna shala-ti wa nusuki- wa mahya-ya wa mama-ti- lilla-hi rabbil 'a-lami-n. La-syari-kalahu- wa bdza-lika umirtu wa ana- awwalul muslimi-n (wa ana- minal muslimi-n). Alla-humma antal maliku la-ila-ha illa anta, anta rabbi- wa ana- 'abduka, dhalamtu nafsi- wa'taraftu bidzanbi- faghfirli- dzunu-bi- jami'an. La- Yaghfirudz- dzunu-ba illa- anta. Labbaika wa sa'daika wal khairu kulluhu- fi- yadaika, wasysyarru laisa ilaika. Ana- bika wa ilaika. Taba-rakta wa ta'a-laita astaghfiruka wa atu-bu ilaika".

Artinya:

Aku hadapkan wajahku, ke hadapan yang Maha Menjadikan semua langit dan bumi, dengan tulus hati dan menyerah diri, dan aku bukanlah golongan orang-orang musyrik. Sungguh shalatku, 'ibadahku, hidup dan matiku adalah kepunyaan Tuhan yang menguasai semua alam, yang tidak bersyerikat, maka dengan demikian aku diperintah dan aku menjadi orang yang ula-mula berserah diri. Ya Allah, Engkaulah raja, yang tidak ada yang disembah melainkan Engkau. Engkaulah Tuhanku dan aku ini hamba-Mu, aku telah berbuat aniaya pada diriku dan mengakui dosaku. Maka ampunilah dosa-dosaku semua, yang mana tidak ada yang mengampuni dosa, selain Engkau. Dan berilah petunjuk-Mu padaku, budi pekerti yang bagus. Tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada bagusnya budi pekerti selain Engkau. Dan jauhkanlah dariku kelakuan yang jahat. Tidak ada yang dapat menjauhkannya kecuali Engkau. Aku junjung dan aku turuti perintah Engkau. Semua kebaikan itu ada pada tangan-Mu, dan kejahatan itu tidak kepada-Mu. Aku dengan-Mu dan kembali kepada-Mu. Engkaulah yang Maha Memberkati dan Maha Mulia. Aku mohon ampun dan bertobat kepada-Mu".

Dalil-Dalil:

5. HAdis NAbi riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah tentang bacaan itu.

حَدَّثَنَا أَبُوْ هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيْرِ وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُحُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِأَبِيْ وَأُمِّيْ يَارَسُوْلَ اللّٰهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيْرِ وَالْقِرَاءَةِ مَاتَقُوْلُ قَالَ أَقُوْلُ اللّٰهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللّٰهُمَّ نَقِّنِيْ مِنَ الْخَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ اَللّٰهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ 

Abu Hurairah berkata, "Nabi diam sejenak antara takbir dan bacaan, aku bertanya, "ya Rasulullah, apa yang engkau ucapkan dalam diammu antara takbir dan bacaan?" NAbi menjawab, "Aku membaca: "Alla-humma ba-'id baini-wa baina khatha-ya-ya kama-ba-'adta bainal masyriqi wal magrib. Alla-humma naqqini- minal khata-ya kama- yunaqqats tsaubul abyadu minad danas. Alla-hummaghsil khatha-ya-ya bilma-I wats tsalji wal barad"

Sumber hadis dan nilai kualitasnya:

Hadis tentang bacaan iftitah ""Alla-humma ba-'id baini-..." ini diriwayatkan oleh Imam Bukhariy (Shahih al-Bukhariy, al-Adzan no. 702), Imam Muslim (Shahih Muslim, al-Masajid wa mawadhi' al-Shalat, no. 940), al-Nasaiy (Sunan, al-Iftitah, no 885), Abu Dawud (Sunan, al-Shalat, 663), Ibn Majah (Sunan, Iqamat al-Shalat wa al-Sunnah fiha, no. 797), Ahmad ibn Hanbal (Musnad, no. 6867, 10005), dan al-Darimiy (Sunan, al-Shalat, no 1216). Lafal doa tersebut di ats sama persis dengan lafal teks hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhariy (Shahih al-Bukhariy, al-Adzan, no. 702).

Hadis ini dengan sanad dari Imam al-Bukhariy diriwayatkan dengan melalui jalur Abu Hurairah, Abu Zur'ah, 'Umarah ibn al-Qa'qa', Abdul Wahid ibn Ziyad, dan Musa ibn Ismail. Mereka semuanya adalah orang-orang yang siqah dan memiliki sanad yang bersambung sampai kepada nabi saw. HAdis riwayat al-Bukhariy tersebut berkualitas shahih lidzatihi. Sedangkan hadis riwayat Muslim, Nasaiy, Abu Dawud, Ahmad ibn Hanbal dan al-Darimiy semakin memperkuat kesahihan hadis ini. Hadis ini bisa dipergunakan sebagai hujjah.

6. Hadis Nabi riwayat Muslim dari Ali bin Abi Thalib tentang bacaan itu.

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ عَنْ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قَالَ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ إِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَبِذٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِيْ ذُنُوْبِيْ جَمِيْعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِيْ لِأَحْسَنِ الْأَحْلَاقِ لَا يَهْدِيْ لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفْ عَنِّيْ سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِيْ يَدَيْكَ وَالسَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَلَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ 

 Dari ALi bin Abi Thalib, bahwa RAsulullah saw bila berdiri memulai shalat membaca: "wajjahtu wajhiya lilladzi- fatharas sama-wa-ti wal ardha hani-fan musliman wa ma-ana- minal musyriki-n. inna shala-ti wa nusuki- wa mahya-ya wa mama-ti- lilla-hi rabbil 'a-lami-n. La-syari-kalahu- wa bdza-lika umirtu wa ana- awwalul muslimi-n (wa ana- minal muslimi-n). Alla-humma antal maliku la-ila-ha illa anta, anta rabbi- wa ana- 'abduka, dhalamtu nafsi- wa'taraftu bidzanbi- faghfirli- dzunu-bi- jami'an. La- Yaghfirudz- dzunu-ba illa- anta. Labbaika wa sa'daika wal khairu kulluhu- fi- yadaika, wasysyarru laisa ilaika. Ana- bika wa ilaika. Taba-rakta wa ta'a-laita astaghfiruka wa atu-bu ilaika".

Sumberhadis dan nilai kualitasnya:

Hadis ini diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab Shahihnya, bab Shalat al-Musafirin wa qashruha, hadis no. 1290. Selain itu, hadis ini juga diriwayatkan oleh al-Tirmidzi di tiga tempat (Sunan al-Tirmidziy, al-Da'wat'an Rasulillah, no.3343, 3344, 3345), al-Nasaiy (Sunan, al-Iftitah, 887), Ibn Majah (Sunan, Iqamat al-Shalat wa al-Sunnah fiha, no. 854), Ahmad ibn Hanbal (Musnad, no. 764), al-Darimiy (Sunan, al-Shalat, 1210).

Hadis dengan sanad dari Imam Muslim diriwayatkan dengan melalui Ali ibn Abi Thalib, Ubaidillah ibn Abi Rabi', Abdurrahman al-A'raj, Ya'Qub ibn Abi Sulaiman, Yusuf al-Majisyun, dan Muhammad ibn Abi Bakr al-Muqaddamiy. Mereka ini adalah orang-orang yang siqqah dan sanadnya bersambung sampai kepada nabi Muhammad. (Mausu'ah al-Hadis al-Syarif). Hadis riwayat Imam Muslim tersebut berkualitas shahih lidzatihi. Sedangkan hadis riwayat Tirmidzi, Nasai, Ibn Majah, Ahmad ibn hanbal dan al-Darimiy semakin memperkuat kesahihan hadis tersebut. Hadis ini bisa dipergunakan sebagai dalil.

Catatan: Ada beberapa macam bacaan do'a iftitah yang lain yang pernah diajarkan oleh Nabi. Akan tetapi yang pernah dibaca oleh Nabi dalam sholat wajib hanyalah dua macam do'a iftitah di atas. Adapun yang lain, dibaca dalam sholat sunnat.

DOA IFTITAH



7. Lalu berdoa dengan mohon perlindungan dengan membaca:

أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ  

"A'u-dzu billa-hi minasy syaitha-nir rajim-m"

Artinya:

'Aku berlindung kepada Allah, dari Syetan yang terkutuk"

8. dan membaca: بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ "Bismilla-hirrahman-nirrahi-m"

Artinya: "Atas nama Allah, Maha Pemurah, Maha Pengasih"

9. lalu bacalah surat Fatihah:

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ. إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ. اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ. صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّٰالِّيْنَ. 

 Alhamdu lilla-hi rabbil 'a-lami-n. Arrohma-nirrokhi-m. Ma-liki Yaumiddi-n. Iyya-ka na'budu wa iyya-ka nasta'I-n. Ihdinash-shiro-thol mustaqi-m. Shiro-tholladzi-na an'amta 'alaihim ghoiril maghdhu-bi 'alaihim waladhdha-llin.

Artinya:

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami moho pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni'may kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

10. dan berdoalah sesudah itu:

آمِيْنَ "a-min-n"

Artinya:

Kabulkanlah permohonanku! DALIL-DALIL

7.a. Berdasarkan al-Qur'an Surat an-Nahl ayat 98:

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْأٰنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ 

"Apabila kamu akan membaca Al-Qur'an hendaklah kamu memohon perlindungan kepada Allah dari Syetan yang terkutuk (berdo'a: "A'udzu billa-hi minasy syaitha-nir raji-m").

7.b. Bedasar pada hadis nabi yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id al-Khudriy sebagaimana tersebut dalam kitab al-Muhadzdzab:

"Bahwa Nabi saw adalah membaca ta'awwudz itu (yaitu::"A'udzu billa-hi minasy syaitha-nir raji-m").

Sumber hadis dan nilai kualitasnya:

Dalam kitab al-Muhadzdzab karya Ibrahim ibn 'Aliy ibn Yusuf Abu Ishaq al-Syairaziy dikemukakan seperti lafal di atas tanpa memuat lafal "ay A'udzu billa-hi minasy syaitha-nir raji-m" (yaitu "A'udzu billa-hi minasy syaitha-nir raji-m"), dengan tanpa disertai sanad dan lafal matan hadis secara lengkap. (al-Muhadzdzab, I: 72). Hadis riwayat Abu Sa'id al-Khudriy yang dimaksud dalam al-Muhadzdzab tersebut kemungkinan adalah hadis dengan lafal matannya sebagai berikut :

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ بِاللَّيْلِ كَبَّرَ ثُمَّ يَقُوْلُ سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلٰهَ غَيْرُكَ ثُمَّ يَقُوْلُ اللّٰهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا ثُمَّ يَقُوْلُ أَعُوْذُ بِاللّٰهِ السَمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ 

Dari Abu Sa'id al-Khudriy, dari Nabi saw, sesungguhnya ia apabila berdiri shalat di waktu malam, bertakbir kemudian membaca "SUbha-naka Alla-humma wa bihamdika wa taba-rakasmuka wa ta'a-la jadduka wa la- ila-ha ghairuka" kemudian membaca "Alla-hu Akbar Kabi-ra" lalu membaca "A'u-dzu billa-his sami-il 'ali-m minasy syaitha-nir raji-m min hamzihi wanafkhi wa naftsihi" (Aku berlindung diri kepada Allah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari syetan yang terkutuk, yaitu dari godaannya, dari tiupannya dan dari semburannya).

Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tirmidzi (Sunan, al-Shalat: 225), Abu Dawud (Sunan, al-Shalat, 658), Ahmad ibn Hanbal (Musnad, 11047), dan Ibn Khuzaimah (Shahih, I:238).

Kualitas hadis ini diperselisihkan. Ibn Khuzaimah menganggap hadis ini berkualitas sahih. Sedangkan Ahmad ibn Hanbal menganggap hadis ini kualitasnya tidak sahih. Perbedaan pendapat tersebut bersumber dari ja'far ibn Sulaiman dan 'Aliy ibn 'Aliy al-Yasykuri yang kualitasnya diperdebatkan. Meski demikian, Ahmad ibn Hanbal mengamalkan hadis ini. Sehingga "tidak sahih"nya hadis ini menurut Ahmad ibn Hanbal adalah hasan.

7.c. Berdasar hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu al-Mundzir sebagaimana tersebut dalam kitab Nailul Authar:

"Diceritakan dari Nabi saw bahwa sebelum membaca Al-Qur'an beliau berdo'a ::"A'udzu billa-hi minasy syaitha-nir raji-m".

Sumber hadis dan nilai kualitasnya:

Dalam kitab Nailul Authar dikemukakan persis seperti tersebut di atas tanpa mengemukakan sanad ataupun sumber pengambilan hadis tersebut (Nail al-Authar, II: 213). Kemungkinan hadis yang dimaksud dalam kitab Nail al-Authar tersebut adalah hadis berikut ini :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنِ مُنْذِرٍ حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ السَّائِبِ عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ السُّلَمِيِّ عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ وَهَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ 

"Telah berkata 'Aliy ibn al-Mundzir, telah berkata Ibn Fudhail, telah berkata 'Atha' ibn al-Saib, dari Abu "Abdurrahman al-Sulamiy dari Ibn Mas'ud, dari Nabi saw, beliau berdoa: "Alla-humma inni-A'u-dzubika minasy Syaitha-nir Raji-m wa Hamzihi wa Nafhihi wa naftsihi".

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Majah (Sunan, Iqamat al-Shalat: 800) dan Ahmad ibn Hanbal (Musnad, no. 3638).

Menurut al-Sindiy dalam syarah Sunan ibn Majah, Muhammad ibn Fudhail mendengar hadis dari 'Atha' ibn al-Saib setelah 'Atha' mengalami ikhtilal (pikun) sehingga hadisnya tidak valid, dan periwayatan Abdurrahman al-Sulami dari Ibn MAs'ud juga diperdebatkan. Menurut Syu'bah, ia tidak bertemu dengan Ibn Mas'ud dan tidak pernah mendengarkan hadis darinya. Sedangkan menurut Ahmad ibn Hanbal ia bertemu dan mendengar hadis darinya. Sanad Ahmad ibn Hanbal juga melewati kedua orang yang dipermasalahkan tersebut. Kualitas hadis ini dha'if terutama karena Ibn Fudhail mendengar hadis dari 'Atha' setelah mengalami ikhtilath.

Mengenai bacaan ta'awudz ini, Abu Hanifah dan al-Syafi'I membaca alfatihah di setiap rakaat tetapi mereka tidak memandangnya sebagai hal yang wajib. Sedangkan Imam Malik tidak membaca ta'awudz dalam shalat sunnat kecuali dalam qiyamur ramadhan (al-Muhalla, III:247). Sedangkan bacaan ta'awudznya, Abu Hanifah dan al-Syafi'I dengan membaca: "A'udzu billa-hi minasy syaitha-nir raji-m", karena berdasar pada Al-Qur'an surat an-Nahl ayat 98. Adapun Ahmad ibn Hanbal dengan membaca: "A'u-dzu billa-his sami-il 'ali-m minasy syaitha-nir raji-m" karena berdasar pada hadis nabi dari Abu Sa'idal-Khudriy.

8. Berdasar pada hadis Nu'aim al-Mujmir yang diriwayatkan oleh al-Nasaiy, Ibn Khuzaimah, Siraj, Ibn Hibban dan lainnya:

Bersambung....



1 comments - Skip ke Kotak Komentar

Anonymous said...

sambungannya kmna yah??yang saya ga ngerti cara mengacungkan tekunjuk pada saat tasyahud...pas awal ato gimana?trims

Post a Comment

Cara Shalat Menurut Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah