Allah Sebaik-baik Pewaris

Allah Sebaik-baik Pewaris
Mungkin tak pernah kita sadari bahwa kita telah memperoleh warisan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala berupa tanah yang kita injak. Meskipun faktanya tanah tersebut berasal dari hasil jual beli, tukar guling, atau pemberian orang tua, namun pada hakekatnya tanah-tanah itu warisan Allah Ta'ala.
     Dia berfirman:

وَأَوْرَثَكُمْ أَرْضَهُمْ وَدِيٰرَهُمْ وَأَمْوٰلَهُمْ وَأَرْضًا لَّمْ تَطَـُٔوهَا ۚ وَكَانَ اللَّـهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرًا الأحزاب ٢٧

     Dan Dia mewariskan kepada kamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan adalah Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu. 
  Al Ahzab:27 ﴿

     Allah Ta'ala tentu saja tak sekedar mewariskan tanah buat manusia, tetapi Dia juga mewariskan langit dan bumi (walillahi miratsu-samawati wal ardh), dan segala yang ada di dalamnya.

     Bahkan tak hanya itu, Dia juga mewariskan kitab suci, Dia tak ingin membiarkan manusia tersesat dan tergelincir dalam kehidupan terhina. Dia sangat berkehendak agar manusia menjalani kehidupan di atas nilai-nilai kebenaran, keadilan, dan kemuliaan.

     Lebih dari itu Allah Ta'ala juga mewariskan surga kepada orang-orang yang bertakwa. Warisan apalagi yang melebihi warisan ini? Al-Qur'an menegaskan:

تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِى نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَن كَانَ تَقِيًّا ﴿مريم٦٣

     Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa. ﴾ Maryam:63 ﴿

     Tak heran bila kemudian Allah Ta'ala memberi gelar kepada diri-Nya sendiri dengan sebutan "Khairul Waaritsiin" (Sebaik-baik Pewaris). Salah satunya pada surat al-Anbiyaa [21]:89

Warisan Rasulullah
     Lalu bagaimana dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam (SAW), apa yang beliau wariskan? Saat meninggal dunia rupanya beliau tidak meninggalkan banyak harta buat keluarga dan umatnya. Tidak seperti Fir'aun yang meninggalkan candi borobudur nan megah.

     Andai masjid Nabawi boleh disebut peninggalan, maka peninggalan itu sangat sederhana. Ia tak sebanding, lantainya hanya berupa tanah pasir, dan atapnya hanya terdiri dari pelepah kurma.

     Meski demikian, Rasulullah SAW memiliki warisan yang nilainya melebihi dunia dan seisinya. Warisan itu adalah sistem dan tata nilai kehidupan yang paripurna yang terangkum dalam al-Qur'an dan sunnahnya.

     Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW bersabda, "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkra. Kalian tidak akan tersesat selama berpegang kepadanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur'an) dan Sunnah Rasulullah"

     Inilah warisan terbesar Rasulullah SAW kepada umatnya. Tiada warisan yang lebih besar, lebih berharga, lebih baik, lebih agung, dan lebih mulia, melebihi keduanya.

     Berkat kedua warisan itu manusia terselamatkan hidupnya dari penyembahan kepada benda-benda. Manusia menjadi menyembah hanya kepada satu Tuhan, yakni Allah Ta'ala. Berkat warisan ini manusia juga terbebas dari penyembahan manusia atau manusia lainnya.

     Tak ada satu imperium pun yang ada di dunia ini sepanjang sejarahnya mampu mengalahkan sistem dan tatanan nilai yang diwariskan Nabi SAW. Lihatlah peristiwa haji, adakah sebuah sistem di dunia yang mampu mengumpulkan manusia sejagat dengan pengorganisasian yang sederhana dengan dana yang ditanggung sendiri-sendiri, berjalan rapi, tertib, dan damai seperti peristiwa haji? Ini dahsyat! Inilah warisan besar Nabi Muhammad SAW yang tak terkalahkan sepanjang masa.

Apa Warisan Kita?
Ada pepatah yang sudah masyhur mengatakan, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Tentu saja setiap orang ingin ketika mati meninggalkan nama baik. Pertanyaannya, apakah nama baik itu bisa didapatkan dengan gratis?

     Nama baik hanya melekat pada orang baik, yang kebaikannya dirasakan manfaatnya oleh orang banyak. Semakin banyak orang merasakan manfaat kebaikan orang tersebuut, semakin luas syiar nama baiknya.
     Contohnya para pahlawan yang dikenang sepanjang masa. Mereka masyhur nama baiknya karena telah mewariskan nilai-nilai pengorbanan, perjuangan, dan keikhlasan.

     Itulah sebabnya Rasulullah SAW berpesan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, dan Ahmad, "Jika seorang anak Adam meninggal dunia, maka putuslah segala amal ibadahnya, kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak-anak shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya."

Sedekah Jariyah
     Para ulama menjelaskan bahwa sdekah jariyah adalah wakaf yang diniatkan untuk kebaikan, dan kebaikannya itu terus dirasakan hingga sepeninggalnya. Misalnya, wakaf tanah, masjid, madrasah, rumah hunian, kebun, mushaf, kitab yang berguna, sumber-sumber air minum berupa sumur, bak, dan kran-kran air.

     Hadits ini juga merupakan dalil disyariatkannya mewakafkan barang yang bermanfaat dan perintah untuk melakukannya, bahkan itu termasuk amalan yang paling mulia yang bisa dilakukan seseorang untuk kemuliaan dirinya di akhirat.

Ilmu yang Bermanfaat
     Mewariskan ilmu bisa dengan menjadi guru, penemu atau penulis. Seorang guru dapat mewariskan ilmu kepada muridnya mengajar kepada murid-muridnya lagi, begitu seterusnya.

     Jika menggunakan hitungan Multy Level Marketing, maka pahala yang diterima sang guru akan terus mengalir sepanjang waktu. Kematiannya tak menadikan amalnya terputus, bahkan semakin lama semakin banyak.

     Demikian juga seorang penemu atau inovator. Melalui temuannya, banyak orang yang mendapatkan manfaat.
     Contoh sederhana, seorang penemu sabun akan terus mendapat limpahan pahala setiap ada orang yang menggunakan sabun. Demikian juga penulis, melalui karya tulisannya, baik berupa buku, jurnal ilmiah, laporan penelitian, atau karya jurnalitik, sangat besar manfaatnya bagi orang banyak. Bahkan bisa dibaca dan diteliti oleh generasi berikutnya.

     Namun tidak semua ilmu dapat diwariskan. Ilmu sihir, misalnya, tak boleh diwariskan. Ilmu ini, selain tidak bermanfaat, juga sangat membahayakan. Bahaya paling besar adalah menjadikan orang berbuat syirik, menyekutukan Allah Ta'ala. Bahaya lain, menjadikan orang lain tidak berfikir rasional.

     Hadist di atas tadi secara tidak langsung menganjurkan kita untuk mempelajari ilmu dan mengajarkannya, mengambil manfaat sebelum dan sesudah kematian. Manfaat ilmu ini akan tetap ada selama di permukaan bumi ini masih ada yang mendistribusikannya terus-menerus.

Anak yang Saleh
     Anak yang saleh, baik laki-laki maupun perempuan, akan terus mengalirkan kemanfaatan untuk orang tua mereka berkat doa-doa yang mereka panjatkan. Demikian juga sedekah yang dilakukan anak-anaknya untuk kedua orang tuanya.

     Dengan demikian, Hadits tadi juga menganjurkan kita untuk sungguh-sungguh mendidik anak agar menjadi generasi anak yang shaleh. Mereka harus dibiasakan hidup taat kepada ajaran islam.

     Selain itu, ketiga perkara dalam hadits tadi semakna dengan firmsan Allah Ta'ala:

إِنَّا نَحْنُ نُحْىِ الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا۟ وَءَاثٰرَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَىْءٍ أَحْصَيْنٰهُ فِىٓ إِمَامٍ مُّبِينٍ ﴿يس:١٢

Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh). Yaa Siin:12 ﴿

***Wallahu a'lamu bish-Shawab.***

Sumber : Majalah Hidayatullah Edisi 7 Nopember 2011/Dzulhijjah 1432



0 comments:

Post a Comment

Allah Sebaik-baik Pewaris