Bagaimana Memperlakukan Suami Anda?

Kewanitaan ibu dan kekasih adalah yang memancarkan kasih sayang dan feminisme, itulah wanita yang diciptakan untuk menjadi boneka pria. Bersamaan dengan berjalannya masa kondisi itu berubah, tidak lagi cukup hanya dengan kerelaannya dan mengunggulinya, tapi malah banyak menuntut dan banyak pula memperoleh. Evolusinya zaman ikut disertai dengan berevolusinya lembaga yang disebut rumah dan keluarga.

Sebenarnya, bagi yang menginginkan perkawinan, banyak jalan yang bisa ditempuh untuk menciptakan rumah tangga yang bahagia ketika sang pria menjadi kekasih atau melamar, itulah pria yang telah mengerahkan berbagai cara untuk meraih cinta wanita yang dilamarnya, melalui perkataan, persepsi dan berbagai hadiah. Dengan begitu ia mengira dirinya bisa memiliki wanita tersebut atau beranggapan tidak perlu lagi mengulang kalimat-kalimat dan sanjungan-sanjungan pada telinganya, tetap sebagai makhluk lemah yang diliputi oleh perasaan. Artinya, perlu mengingat beberapa kondisi gagalnya sebuah mahligai perkawinan atau dilema yang kerap kalai dihadapi.

Kondisi pertama :
Problema yang kronis. Berapa banyak rumah tangga yang hancur berantakan, para suami dan istri pun berpisah. Sebelumnya sang ibu mengira bahwa puteranya adalah laksana malaikat baginya, bahkan sampai perkawinan, alasanya, ia adalah ibu yang berwibawa dan berpengalaman menghadapi berbagai situasi dalam mengatur kehidupan rumah tangga baik dalam masalah perekonomian maupun lainnya, sehingga dengan begitu tidak memberi kebebasan kepada keduanya (putera bersama istrinya) dalam mengarungi kehidupan baru mereka berdua.

Biasanya pemuda yang sangat taat kepada ibunya akan memperhatikan segala sesuatu yang ditampakkan oleh pengantinnya (pasangannya), termasuk keluhan dan komplain. Dan biasanya, ia melakukan hal ini untuk meminta bantuan dari ibunya untuk memperbaiki isterinya dan mengatasi faktor-faktor penyebab keluhan dan komplainnya.

Kondisi kedua :
Problem yang muncul dari kehidupan modern kita misalnya yang menimpa seorang dosen yang konsekwen dengan tugasnya dan sangat baik memperlakukan para mahasiswanya, bahkan sangking baiknya perlakuannya itu seperti terhadap saudaranya sendiri. Ia membantu para mahasiswanya mengenai masalah belajar mereka dan memecahkan problema yang mereka hadapi, bahkan ketika menikah ia kurang memperhatikan perasaan isterinya. Ada beberapa mahasiswanya yang mengiriminya surat untuk meminta nasehat, seperti biasanya ia menyambut pertanyaan-pertanyaan mereka, tapi ia tidak membicarakan atau menunjukkan surat-surat tersebut kepada isterinya karena ia tidak ingin isterinya ikut membantu memecahkan permasalahan-permasalahan yang diajukan tersebut, seolah ia lupa bahwa ia punya partner diruma, yaitu isterinya, padahal andai ia mau melakukannya (mengajak isteriinya kerkecimpung dalam tugasnya) tentu tidak akan terjadi kesalahpahaman.

Kondisi ketiga :
Seorang pemuda yang terbiasa memecahkan permasalahannya sendiri, ketika menikah tetap saja seperti sebelumnya, mengambil keputusan tanpa merembugkannya lebih dahulu dengan isterinya, bahkan sekalipun masalahnya termasuk lingkup pekerjaan isterinya, seperti merubah pengaturan susunan di dalam rumah dan sejenisnya. Pria semacam ini hampa dari dorongan isterinya, dan hanya menjadikan isterinya sebagai pengikutnya atau tidak lebih dari sekedar yang menemaninya hidup.

Kondisi keempat :
Pria yang tidak berkecimpung dalam urusan isterinya selalu saja menuruti semua pendapat isterinya, ia tidak tahu tugasnya selaku kepala rumah tangga yang menuntut ketekunannya, peran sertanya dan pengambilan berbagai keputusan. Sebenarnya yang dituntut wanita dari pria adalah kekuatan, kebijakan pendapat dan kepemimpinan keluarga, jika si pria tidak melakukannya, maka saat itu ia tampil menggantikannya, dan dengan begitu berkuranglah kadar penghormatan isteri terhadapnya.

Kondisi kelima :
Kisah seorang mahasiswa yang menyukai teman wanitanya sebelum selesai kuliahnya, mereka berdua sepakat menikah. Si wanita memaksa keluar dari universitasnya sebelum selesai (wisuda) dan masuk dunia kerja dengan keahlian yang dimilikinya, ia berusaha menambah pemasukan keluarga sambil menunggu suaminya selesai kuliah dan memperoleh pekerjaan yang sesuai. Ketika merasakan kegagalan angan-angannya, dimana sebelumnya ia memimpikan suami idaman, ternyata sang suami tidak menghargai kerja keras yang dilakukannya, dan tidak berusaha mengambil alih kepemimpinan darinya serta tidak mendorongnya untuk kembali kepada posisinya yang normal selaku ratu rumah tangga, bahkan pria yang egois tersebut mengandalkannya dalam urusan ekonomi untuk digunakan dalam kebutuhan dan kesenangannya.

Setelah kami amati para isteri yang bermacam-macam itu, tidak ada yang bisa kami lakukan kecuali memberikan pandangan kami, mudah-mudahan ada baiknya :
  1. Wanita tidak menuntut pria selain kepercayaan dan untuk memperoleh kepercayaannya, hendaklah suami mendekatinya dan tidak menyembunyikan sesuatupun terhadapnya.
  2. Wanita adalah partnernya, maka selayaknya ia mempunyai peranan dalam berpendapat dan memberikan saran sebelum keluarga dan teman.
  3. Hendaknya suami membiarkan isterinya menyertainya dalam kehidupannya sehingga ia merasakan hakekat peranannya dan tidak tampak sebagai pengikutnya.
  4. Dalam memecahkan masalah keluarga, tidak seharusnya dilakukan sendirian dengan mengambil berbagai keputusan bahkan seharusnya memberikan esempatan kepada sang isteri untuk memainkan peranannya dalam berpendapat dan mencari jalan keluar yang sesuai.
  5. Hendaknya pria tidak lupa bahwa wanita adalah makhluk sensitif, maka ada baiknya membisikkan pada telinganya tentang perasaan-perasaannya terhadap isterinya.
***




0 comments:

Post a Comment

Bagaimana Memperlakukan Suami Anda?