Mencari Perantara Yang Benar

Mencari Perantara Yang Benar
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ada tiga macam makna tawassul, yang dua benar dan yang satu salah.

Dua makna yang benar:
    1. Tawassul (perantara) dengan jalan beriman kepada apa yang dibawa oleh Nabi saw, dengan jalan bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-nya dengan melaksanakan yang wajib dan yang sunnah-sunnah. Dan itulah menurut Beliau yang dimaksud dengan firman Allah swt,

      وَابْتَغُوٓا۟    إِلَيْهِ    الْوَسِيلَةَ

      "Dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada Nya (Surat al-Maidah : 35)"


          Jadi dengan jalan beriman kepada apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw dan melaksanakan segala yang wajib dan yang sunnah-sunnah, maka orang akan sampai pada keridlaan Illahi dan kelak akan sampai pula ke syurganya-Nya. Itulah pengertian tawassul yang pertama dan benar menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.

      k. Tawassul dengan Nabi saw sebagaimana yang lazim dilakukan para sahabat, yaitu tawassul dengan doa Beliau saw ketika Beliau masih hidup, dan tawassul dengan syafa'at Beliau, dan ini pun dalam bentuk doa langsung kepada Allah saw.

      l. Inilah yang dimaksud dengan hadits:

      قال النبي صلى الله عليه وسلم : سلوا الله لي الوسيلة فأنها درجة في الجنة لا تنبغي الالغبد من عباد الله وارجوأن اكون انا ذلك العبد فمن سأل الله لي الوسيلة حلت عليه سفاعتي يوم القيمة -حديث صحيح

      Nabi saw bersabda, "Mintalah kepada Allah, aku sebagai wasilah, maka sesungguhnya (wasilah) adalah suatu derajat di syurga yang tidak diperoleh kecuali oleh seorang hamba dari hamba Allah, dan aku berharap, bahwa akulah hamba tersebut, maka barang siapa meminta kepada Allah, agar aku jadi wasilah(nya) maka berhaklah ia memperoleh syafa'atku di hari kiamat" (Hadist shahih)

      Dan sanda Nabi saw,

      من قال حين يسمع النداء: اللهم رب هده الدعوة التامت،والصلاة القئمة ، ات محمدا الوصيلة، وابعثه مقاما محمودا الذى وعدته حلت له الشفاعة -رواه الاربعة

      "Barang siapa yang setelah mendengar seruan adzan mengucapkan, 'Ya Allah, Rabb pemilik seruan yang sempurna ini dan shalat yang akan didirikan ini, karuniakanlah kepada Muhammad wasilah dan keutamaan, serta anugerahkanlah kepadanya tempat terpuji yang telah Engkau janjikan kepadanya,' niscaya berhaklah baginya syafa'at ku pada hari kiamat." (Riwayat Imam Yang Empat)
    Maka kedua wasilah di atas, adalah khusus untuk Rasulullah saw, sebagaimana ditegaskan oleh Nabi saw, bahwa wasilah adalah derajat yang tinggi di syurga nanti, yang tidak akan diperoleh oleh siapapun kecuali seorang hamba, dan kata Nabi saw, "Dan aku berharap bahwa akulah seorang hamba tersebut."

    Jadi siapa yang memohon (berdoa) kepada Allah swt, agar Nabi saw menjadi wasilahnya, maka berhaklah ia atas syafa'atnya di akhirat nanti. Maka bentuk tawassul ini adalah doa.

    Tawassul dan tawajjuh (mengharap)nya (para sahabat) dengan Nabi saw dalam pengertian mereka dan perkataan-perkataan mereka, adalah tawassul dengan doa dan syafa'at Nabi saw seperti diuraikan di atas.

    Seperti tawassulnya Umar Ibnu al-Khatatab kepada Nabi saw dan Paman Beliau, al-Abbas,

اللهم إنا كنا نتوسل ِليك بنبينا فتسقينا ، وإنا كنا نتوسل ِليك بعم نبينا فاسقنا


"Ya Allah, kami bertawassul kepada-Mu dengan Nabi kami, maka Engkau turunkan hujan kepada kami, dan sekarang, kami bertawassul kepada-Mu dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan kepada kami." (HR. Bukhari)

    Dalam doa tawassul di atas dapat dicatat dua hal yang penting:

Pertama : Bahwa Umar Ibnu al-Khattab ber-tawassul dengan Nabi saw dan paman Nabi, yaitu al-Abbas ra, adalah ketika kedua manusia itu masih hidup.

Kedua : Bahwa yang dimaksud dengan tawassul di atas, adalah tawassul dengan doa-doa kedua manusia tersebut, yang pada waktu itu hadir dan berada di tempat itu,


اللهم إنه لم يترل بلاء الا بذنب ولم يكشف الا بتوبة وقد توجه القوط بي ِليك لمكا نتي من نبيك وهذه ايدينا اليك بالذنوب ونوا صينا اليك بالتوبة فاسقنا الغيث


"Ya Allah, sesungguhnya tidak akan turun bencana (bala') tersebab dosa, dan bencana itu tidak akan hilang kecuali dengan taubat, dan sungguh orang banyak telah menghadap kepada-Mu dengan aku, karena kedudukanku dari diri Nabi-Mu; dan inilah tangan-tangan kami yang penuh dengan dosa-dosa, dan ubun-ubun kami (menghadap) kepada-Mu dengan taubat, maka turunkanlah hujan kepada kami! (Dikutip dari: Risalatus Syirki Wa Madhahiruh, Mubarak Ibn. Muhammad/191)

*** Raih Amal Shalih, Sebarkan Artikel Ini ***

Sumber : Buku Putih Kyai Nu - Hal 308-311




    0 comments:

    Post a Comment

    Mencari Perantara Yang Benar